Jakarta, 31 Mei 2025 — Aksi demonstrasi yang digelar oleh ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di depan Balai Kota Jakarta berakhir ricuh pada Jumat sore. Unjuk rasa yang awalnya berlangsung damai berubah menjadi chaos setelah terjadi dorong-dorongan antara massa aksi dan aparat keamanan. Akibat insiden tersebut, seluruh mahasiswa yang terlibat diamankan dan kini telah dipulangkan ke daerah masing-masing.

Aksi Menuntut Transparansi dan Perbaikan Kebijakan

Demo ini merupakan bentuk protes terhadap sejumlah kebijakan pemerintah daerah yang dinilai tidak berpihak pada masyarakat, khususnya kalangan mahasiswa. Beberapa isu yang diangkat dalam unjuk rasa tersebut antara lain kenaikan UKT (Uang Kuliah Tunggal), keterbatasan akses pendidikan gratis, serta transparansi dana pembangunan kampus.

Mahasiswa datang membawa berbagai spanduk, poster, dan pengeras suara untuk menyuarakan aspirasi mereka. Awalnya, aksi berlangsung tertib sejak pagi hingga siang hari, dengan orasi yang dilakukan secara bergiliran oleh perwakilan organisasi mahasiswa.

Bentrokan Tak Terhindarkan

Namun, situasi mulai memanas saat sejumlah mahasiswa mencoba menerobos pagar pembatas untuk mendekati gedung Balai Kota. Aparat kepolisian yang berjaga kemudian membentuk barikade dan mencoba membubarkan massa. Tindakan ini menimbulkan ketegangan hingga terjadi saling dorong, lemparan botol, serta semprotan gas air mata dari aparat untuk mengendalikan massa.

Sedikitnya 35 orang sempat diamankan karena dianggap sebagai provokator. Namun setelah melalui proses identifikasi dan mediasi dengan pihak kampus serta keluarga, seluruh mahasiswa akhirnya dipulangkan tanpa ada yang diproses hukum.

Respons Pemerintah dan Kampus

Pihak Pemprov DKI Jakarta menyatakan penyesalan atas insiden tersebut dan membuka ruang dialog dengan perwakilan mahasiswa untuk mencari solusi bersama. “Kami sangat menghargai aspirasi dari mereka, namun kami berharap penyampaian dilakukan dengan damai dan tertib,” ujar Gubernur DKI Jakarta dalam konferensi pers singkat.

Sementara itu, sejumlah rektor dari kampus asal mahasiswa yang ikut aksi menyampaikan bahwa mereka akan menggelar pertemuan internal guna mengevaluasi dan memberikan pembinaan. Mereka juga menekankan pentingnya kebebasan berpendapat yang tetap berada dalam koridor hukum dan etika.

Penutup

Aksi demonstrasi yang berujung ricuh ini menjadi catatan penting bagi semua pihak. Mahasiswa sebagai agen perubahan tetap memiliki peran vital dalam demokrasi, namun penyampaian aspirasi harus tetap menjaga ketertiban umum. Pemerintah pun diharapkan lebih responsif dan terbuka dalam menerima kritik sebagai bagian dari perbaikan sistem.