Ratusan Sopir Kontainer Demo Protes Maraknya Pungli di Pelabuhan Tanjung Priok

Latar Belakang Aksi Demonstrasi

Pada Selasa, 11 Februari 2025, ratusan sopir truk kontainer menggelar aksi demonstrasi di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka memprotes pungutan liar (pungli) yang kerap terjadi di area pelabuhan. Para sopir menyoroti pungutan liar di New Priok Container Terminal (NPCT) 1, di mana mereka dipaksa membayar Rp17.000 per transaksi. Pungutan ini membebani penghasilan mereka yang sudah terbatas. Selain pungli di NPCT 1, para sopir juga mengeluhkan berbagai pungutan ilegal di area sekitar pelabuhan, yang semakin memperparah kondisi ekonomi mereka.

Respons dan Pengamanan dari Pihak Berwenang

Aksi protes ini menarik perhatian aparat keamanan. Pihak kepolisian mengerahkan 100 personel untuk memastikan demonstrasi tetap tertib dan aman. Kehadiran petugas bertujuan mencegah gangguan keamanan serta memastikan aspirasi para sopir tersampaikan tanpa insiden yang tidak diinginkan. Selain itu, pihak berwenang berjanji akan menyelidiki lebih lanjut dugaan pungli dan mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam praktik ilegal ini.

Sejarah Panjang Pungli di Pelabuhan Tanjung Priok

Pungli di Pelabuhan Tanjung Priok bukanlah fenomena baru. Pada Juni 2021, Presiden Joko Widodo menerima keluhan serupa dari para sopir truk kontainer terkait pungli dan premanisme. Presiden langsung menginstruksikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memberantas praktik ini dan menangkap para pelakunya. Namun, berbagai laporan menunjukkan bahwa meskipun telah dilakukan tindakan tegas, aksi ini masih terus berlangsung dengan modus yang lebih bervariasi.

Upaya Penindakan yang Belum Efektif

Pihak kepolisian telah melakukan berbagai upaya, termasuk menangkap 49 pelaku dan premanisme pada 2021. Namun, praktik ilegal ini tetap berlanjut hingga kini. Para sopir resah karena penindakan hukum dinilai belum cukup efektif menghilangkan aksi pemerasan ini di pelabuhan tersebut. Beberapa sopir mengungkapkan bahwa pungli dilakukan oleh oknum yang memiliki keterkaitan dengan pihak tertentu, sehingga sulit diberantas sepenuhnya.

Dampak terhadap Sopir Truk

Pungli di pelabuhan tidak hanya berdampak pada pendapatan sopir, tetapi juga menyebabkan keterlambatan pengiriman barang. Sopir sering harus mengeluarkan uang ekstra untuk mempercepat proses bongkar muat, yang akhirnya membebani konsumen dengan kenaikan biaya logistik. Selain itu, pungli yang berkepanjangan menimbulkan rasa ketidakpercayaan terhadap sistem pengelolaan pelabuhan dan menciptakan ketidakadilan bagi para pekerja yang mencari nafkah secara jujur.

Harapan Para Sopir

Para sopir berharap pihak berwenang segera mengambil langkah konkret untuk menghapus pungli dan premanisme di Pelabuhan Tanjung Priok. Mereka menginginkan lingkungan kerja lebih aman dan transparan agar bisa mendapatkan penghasilan layak tanpa terbebani pungutan liar yang merugikan mereka secara finansial. Selain itu, mereka mendesak pemerintah untuk memperketat pengawasan, menindak tegas para pelaku pungli, serta menyediakan kanal pengaduan yang efektif agar keluhan mereka dapat ditindaklanjuti dengan cepat.