Tindak Kekerasan, Suami di Maros Bunuh Istri dengan Barbel

Sebuah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang bunuh istri dengan barbel terjadi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Seorang suami berinisial S (35) tega menghabisi nyawa istrinya sendiri, R (33), hanya karena tak terima diminta untuk mencari pekerjaan. Peristiwa mengenaskan ini terjadi pada Jumat malam (12/4/2025) di rumah mereka yang berada di wilayah Kecamatan Mandai.

Menurut keterangan polisi dan saksi di sekitar lokasi, pertengkaran terjadi setelah korban meminta pelaku untuk segera bekerja guna membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Permintaan itu dianggap pelaku sebagai bentuk tekanan dan penghinaan terhadap dirinya. Dalam kondisi emosi yang memuncak, pelaku kemudian mengambil sebuah barbel—alat olahraga berbobot berat—dan memukulkannya berkali-kali ke kepala korban.

Korban mengalami luka parah di bagian kepala dan tidak sempat diselamatkan. Ia dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian. Kejadian ini langsung menggegerkan lingkungan sekitar. Warga yang mendengar keributan langsung melapor ke pihak berwenang.

Pelaku Ditangkap Tanpa Perlawanan

Tak lama setelah kejadian, petugas dari Polres Maros datang ke lokasi dan menangkap pelaku. Ia tidak berusaha kabur dan langsung mengakui perbuatannya. Saat ini, pelaku telah diamankan di Mapolres Maros untuk menjalani proses hukum lebih lanjut.

Kapolres Maros, AKBP Fajri Wulandira, menyatakan bahwa pelaku dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan serta Pasal 44 ayat 3 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Ancaman hukumannya maksimal 15 tahun penjara.

Peringatan Keras terhadap Kekerasan Domestik

Kasus ini menjadi sorotan publik, terutama dari kalangan pemerhati perempuan dan anak. Lembaga-lembaga perlindungan perempuan menyesalkan insiden ini dan menekankan perlunya peningkatan edukasi serta layanan konseling keluarga di tingkat masyarakat.

Mereka juga menyerukan agar aparat penegak hukum menindak tegas pelaku KDRT dan mendorong korban untuk tidak ragu melapor saat menghadapi kekerasan dalam rumah tangga. Tragedi ini kembali mengingatkan bahwa komunikasi buruk dan tekanan ekonomi dalam keluarga bisa menjadi pemicu kekerasan jika tidak ditangani dengan baik.